Here I’am now, Kampus ITB

Finally, berada di kampus ITB setelah kemarin diinformasikan bahwa semua berkumpul di Center for Research and Community Service (CRCS).

Kami tibaa di pukul 7.30 di hari Rabu dengan membawa makanan khas dari tempat masing-masing.

Dalam perjalanan ke kampus ITB, jalanan dari asrama di jalan bukit Dago utara menuju ke jalan Dayang Sumbi terlihat padat, pagi itu pula terlihat keramaian pasar dago, di pinggir kanan kiri terlihat bangunan outlet, rumah makan, jajanan pasar, dan angkutan kota yang melintas. Menuju ke kampus ITB saya dan teman-teman lebih memilih angkutan yang menggunakan aplikasi online, karena bisa irit salah satunya.

kampus ITB

Perkuliahan belum dimulai, belum terlihat aktifitas kampus saat memasuki kampus ITB melalui pintu belakang menuju ke gedung CRCS. Namun yang terasa pertama kali adalah suasana asri dengan pohon yang tumbuh tinggi menambah sejuknya pagi itu, meski udara dingin tetap menyapa.

Perkenalan di Kampus ITB

Ruangan yang akan dijadikan basecamp terletak di lantai 2, dan di lantai satu ada koperasi Pegawai, atm bank dan space kosong yang bisa ditempati untuk berdiskusi tudang sipulung (duduk sambil melingkar).

kampus ITB

Setibanya di ruangan sudah ada yang sudah datang duluan dan juga para Pembina, ada pak Sallim, pak Edy pak Tata, pak Komang, pak Iwan, pak Bambang, dan Bu Rani. Perkenalan dimulai dari para Pembina dan pengarahan dari pak komang. Makanan khas daerah dikumpulkan di satu meja. Meet up bersama Pembina menjadi awal pertama kegiatan magang ini. sebelumnya kami sudah bertemu beberapa dengan pembina saat di bekasi.

Baca juga :Jalan-jalan ke Jekardah

memperkenalkan diri

Nah, saatnya perkenalan di depan para Pembina. Saya karena berada di urutan ketiga memperkenalkan diri dan makanan khas yang dibawa. Saya membawa bagea dan banning-bannang dan keripik pisang ijo ikiku. Mengenai cara membuat saya kurang tahu, kalo komposisi bahan yang yang dipakai bisa dibaca di label J. Grogi, gugup iya tentunya. Lalu giliran teman-teman ainnya.

Makanan khas itu dikumpulkan kembali lalu disimpan dilemari yang akan menjadi cemilan kami di basecamp. Ruangan yang ditempati sudah tersedia dispenser, gelas, cangkir, piring dan perabotan lainnya yang bisa dipakai. Lalu, ada Pak Budi membawa tahu sumedang, buatan alumni ITB.

prof sedang memberikan nasehat

Setelah perkenalan kegiatan diisi oleh pak Bambang, beliau memperkenalkan sejarah awal program magang, dan juga menceritakan pengalamannya dan juga awal mula dari penelitian yang dilakukannya. Berifikir kritis dan memahami fenomena alam adalah landasan berfikir yang harus dimiliki setiap orang.

Dengan memiliki mindest bahwa Tuhan tidak mungkin menciptakan sampah, semua punya manfaatnya tergantung bagaimana kita memikirkan itu semua. Buah yang sangat laku dan digemari di Negara lain misalnya, jika akan didistribusikan maka packingnya harus membuat buah itu tahan, apa yang membuatnya tahan dan bagaimana agar tidak terjadi pembusukan selama distribusi, itu harus dipikirkan.

Yang penting pula adalah bagaimana yang dihasilkan itu punya peluang bisnis dan punya sosialibility technology. Seorang dosen harus dinamis, jangan statis karena ilmu pengetahuan itu multi disiplin. Dosen dengan disiplin ilmu yang berbeda sebaiknya melakukan kolaborasi. Merancang dari hulu ke hilir, memaksimalkan potensi lokal yang berorientasi untuk kesejahteraan masyarakat.

Beliau juga menjelaskan pentingnya dua kunci pendidikan untuk mahasiswa bagi seorang dosen adalah intelektual property dan etika property.

Sharing siang itu memberikan pengetahuan baru bahwa segala sesuatu itu harus dimulai dari niat dan mindset yang baik.

Lanjut sehabis shalat duhur Pak Budi Mulyadi (direktorat Humas dan Alumni) memberikan penjelasan tentang kampus ITB. Dimana saat ini kampus ITB mempunyai tiga kampus, yaitu kampus Ganesha, kampus Jatinagor dan kampus Cirebon.

perkenalan akan kampus ITB

Hal yang menarik di ITB bagi saya adalah saat pak Budi menjelaskan tentang mahasiswa, bagi mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik dan non akademik, aktif di kegiatan sosial dengan ikut kegiatan organisasi akan mendapatkan penghargaan Ganesha Prize. Ada juga pemberian beasiswa bagi mahasiswa, beasiswa karena ekonomi, beasiswa dari pemerintah maupun dari ITB itu sendiri.

Ada pertanyaan dari kawan terkait dengan menarik calon mahasiswa untuk mau masuk di kampus kita. Beliau menjawab bahwa kita harus melakukan branding dan promosi melalui media, menampilkan prestasi sehingga dikenal masyarakat. Dengan menjaga citra dengan sendirinya masyarakat dapat percaya. Promosi yang paing mudah adalah mouth to mouth. Disinilah peran humas sebagai markom memberikan informasi kepada masyarakat.

lorong lab fisika ITB

Setelah penjelasan dan diskusi tanya jawab, kami diajak berkeliling lingkungan kampus ITB yang dimulai dengan kunjungan ke laboratorium Pak bambang. Disana, pak Bambang memperlihatkan penelitian yang saat ini sedang dilakukannya dengan anak bimbingannya.

Beliau juga memperlihatkan hasil berupa produk alat yang sudah dibuat, foto-foto bersama anak bimbingannya dulu yang sudah lanjut S3 di Negara lain. Di dinding lab juga, terpampang jurnal dan poster hasil penelitian tentang teknologi nano. Fokus bidang yang digelutinya.

melihat hasil penelitian

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *