sinjai tengah

Semalam di Sinjai Tengah

Dinginnya malam menemani perjalanan ke Sinjai tengah, kampung Binyara. Udara terasa begitu dingin saat mobil yang melaju melewati hutan pinus di pegunungan malino, bintang terlihat begitu dekat dan bergerlapan di langit dan hembusan angin menerpa wajah dan menusuk ke dalam tulang.

Menginjakkan kaki di daerah Gowa, skedar melapas rehat dan menikmati smangkuk bakso panas yang  beradu dengan dinginnya suasana.

Selepas itu melanjutkan kembali perputaran roda dengan jalan yang berliku mendaki dan menurun membuat kampong tengah tergoncang dan terasa menyiksa di kerongkongan.

Sesuatu seakan ingin melihat dunia juga. Sepanjang perjalanan hanya melihat kegelapan, berlarian satu sama lain seakan akan mengejar mobil yang membawa kami ke tampat tujuan.

Akhirnya sampai juga, butuh waktu lima jam. Segarnya udara pegunungan membuat rasa lelah hilang berganti senyuman.  Jalur lintas tanpa melalui Takalar-Jeneponto-Bantaeng dan Bulukumba. Dengan tantangan yang begitu menggoda.

Di pagi hari dengan tapak kaki yang menginjak tanah, menyusuri jalan berlumpur dan becek untuk sampai di sungai. Mendengar kicauan burung dan gesekan suara dari binatang yang ada di kebun. Kiri kanan terlihat pohon langsat, durian dan  coklat. Serasa meamnggil untuk mencobanya.

Durian montong yang lezat, langsat yang manis membuka sarapan pagi di tepian jalan yang terjang. Dan sorenya menyusuri sawah yang berundak ditemani gerimis hujan membawa kami ke kebun rambutan. Becek dan berlumpur, licin dan berkerikil. Saling berlomba menangkap butiran merah. Manis.

Cuma semalam, dan itu terasa menyenangkan. Wajah Makassar yang gelap menjemput kami dengan kerlipan beton dan warna warninya metro kota.

 

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *