Kota Tua Jakarta, jaraknya tak begitu jauh. dari statiun Kota. Dipemberhentian Stasiun terakhir. Melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Bangunan Tua terlihat disepanjang jalan.
Hari itu, di Sabtu sore (28/7) bersama Anchi setelah pagi hari menikmati susana Kebun Raya Bogor. Dan sore itu juga, saya bertemu dengan teman kampus yang penempatan di IPB. Bu Muli yang lagi jalan-jalan bareng teman-temannya.
Rencana berubah, rencana awal untuk pergi ke sana di pagi hari batal padahal jauh-jauh hari janjian ketemuan sama anak wali kelas, Ajip begitu nama panggilannya waktu sekolah dulu. Jawal bertemu diubah ke sore hari dengan tanpa persetujuannya. Kesel, mungkin saja baginya. ????
Stasiun Kota, yang dikenal juga nama lainnya adalah stasiun Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur) yang desainnya dibuat oleh arsitektur Belanda kelahiran Tulungangung yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels dan dibangun tahun 1870 dan memiliki 12 jalur. Bentuk bangunannya seakan-akan membuat kita berada pada masa lalu,
Pemandangan jalanan dari stasiun kota menuju museum fattah sore itu tampak ramai, pedagang kecil yang berada di pinggir jalan silih berganti menyodorkan barangnya. Sore itu juga, terlihat kereta kuda yang di jalanan.
Happy, ialah. Sudah lama mau kemari tapi ngga punya kesempatan. Salah satu tempat yang masuk daftar list impian adalah KOTA TUA.
Kota Tua Jakarta
Kota Tua sendiri merupakan salah satu situs warisan yang dikeluarkan dekretnya oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin di tahun 1972.
Memasuki kawasan Jakarta od town, nampak ramai dengan pengunjung. Teman yang menemani heran, biasanya pengunjungnya tak seramai ini. Selasar depan Museum Fatahillah dipenuhi pengunjung yang sedang duduk, ada yang menikmati sore dengan bersepeda, berfoto dan aktifitas lainnya. Sayangnya, jam kunjungan untuk menjelajahi Museum Fatahillah hanya sampai pukul 4 sore. Museum Fatahillah dikenal juga dengan nama mueum Batavia atau Museum Sejarah Jakarta. Dahulu gedung ini adalah Balai Kota masa kolonial.
Selain Museum Fatahillah, ada tempat bersejarah lain yang bisa di kunjungi yaitu:
Museum Wayang
Museum ini berdiri dibekas Gereja Belanda bernama De Nieuwe Hollandsche Kerk
Lokasi Jalan pintu Bear Utara No. 27 Rt 07 Rw )7 Tamansari Pinangsia Jakarta Barat
Café Batavia
Cave Batavia ini berdiri pada tahun 1993, namun bangunan dari café ini sudah dibangun sejak 1805. Sebelumnya café ini pada masa colonial Belanda digunakan sebagai kantor administrative.
Lokasi Jalan pintu Besar utara No. 14 Jakarta Berat
Kantor Pos Indonesia
Gedung ini dirancang oleh Ir R Baumgartner pada tahun 1929 dengan nama Post-en telegraf kantoor.
Lokasi Jalan Taman Fatahillah No. 3 Jakarta Barat
Museum Seni Rupa dan Keramik
Gedung museum ini dahulu adalah digunakan sebagai Dewan Kehakiman Hindia Belanda dengan nama Palais van Justice
Lokasi Jalan Pos Kota No. 2 Jakarta Barat
Museum Bank Mandiri,
Museum ini adalah bekas kantor pusat Nederlandsche Handel-Maatschappiji, perusahan milik Belanda yang bergerak di bidang perbankan.
Lokasi Jalan Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Barat
Museum Bank Indonesia
Museum ini dulu adalah gedung De javasche Bank yang adalah bank sentral Hindia Belanda
Lokasi Jalan Pintu Besar Utara No.3 Jakarta Barat
Toko Merah
Didirikan pada tahun1730 dan digunakan sebagai tempat tinggal Gustaff Wilwm Baron van Inholf
Lokasi jalan Kali Besar Barat No. 11 Roa Malaka Jakarta Barat
Gedung Ex Chartered Bank
Gedung ini dibangun pada 1920-an, di dalamnya terdapat sejumlah lukisan kaca patri.
Lokasi jalan Kali Besar Barat No. 1-2 Roa Malaka Jakarta Barat
Manusia Patung
Saya teringat dengan foto teman yang dipostingnya di sosial medianya, berfoto dengan manusia patung. Dek Anchi kemudian mengajak untuk berkeliling dan sampailah kami dimana lokasinya berada di sepanjang kawasan Taman Fatahillah di setiap lorongnya dengan cahaya yang tidak terlalu terang. Komunitas Seni Karakter Kotatua (KSKT) adalah wadah yang menaungi salah satu daya Tarik wisata manusia patung ini.
Waktu maghrib tiba, kami mencari tempat yang dinamakan mushalla dan saat kami tiba suah dipenuhi oleh para pengunjung untuk menunaikan shalat maghrib. Mungkin sebaiknya, pihak pengelola memikirkan area yang nyaman untuk tempat ibadah.
Untuk mencari makan, berjalanlah terus ke belakang, nanti akan ditemukan banyak jajanan makan berat dan pakaian ataupun kebutuhan lain.
Lalu setelah bosan menunggu dan mengelilingi Kotatua kami berencana untuk menikmati malam dengan mengelilingi kota Jakarta dengan menaiki bus yang sudah disiapkan. Bus ini memiliki dua tingkat, sewaktu kami mau menaiki kami tidak meyadari beberapa calon penumpang sedang antri. Panita yang berbaju kuning itu meminta kami antri.
Mba, busnya gratis kalo mau naik harus antri, katanya.
Padahal kami sudah bergegas berlari karena dikira busnya akan pergi. Malu karena sepertinya kami mendengar tawa dari calon penumpang lain ????
Yah sudahlah, kami melanjutkan menikmati malam dengan memasuki toko oleh-oleh yang ada di seberang jalan. Setelah mengantri cukup lama menunggu bus berikutnya karena bus yang parkir sudah terisi penuh siap untuk pergi.
Karena belum waktunya pulang, meski kawasan Taman Fatahillah akan ditutup pukul 11 malam. Janji malam itu untuk bertemu pukul 9 malam, sedang jam sudah menunjukkan pukul 9 lewat. Akhirnya setelah mengabarinya untuk bertemu di Stasiun kota kami pun bergegas ke Stasiun kota. Khawatir akan antrian panjang di loket pengisian kartu kereta commuter line.
Pertemuan hanya tak sampai sejam, padahal waktu yang dibutuhkan untuk bertemu itu dari tahun lalu. Setelah bertemu dengannya, kereta commuter mengantarkan kami kembali ke Lenteng Agung daerah Jagakarsa.
Berakhir pekan melepas rindu di Makassar
Sumber:
Flyer Unit Pengelola Kawasan Kotaua
Dinas pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
Jalan Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat, DKI Jakarta