pulau lae lae

Campfire TM’16 di Pulau Lae-lae

Pulau Lae-lae menjadi pilihan berlibur sejenak setelah angkatan M16 merencanakan kegiatan tersebut. Dan tidak terasa, sudah hampir empat tahun

Waktu berlalu begitu cepat, setiap peristiwa yang terjadi, setiap putaran detik jam yang berdetak akan selalu meninggalkan cerita tentang hari itu. Lalu di hari Selasa-Rabu/28-29 Januari 2020, “menepi” sejenak di mereka. Menggunakan konsep Campfire dan bersih-bersih pantai besoknya.

poster

Sore itu, selesai rapat, sedianya akan pulang ke rumah. Tapi sejak beranjak, dilema melanda, pergi atau tidak. Karena bayangan tugas negara untuk besok, masih pada menumpuk dan masih perlu diselesaikan. Tak perlu nginap, setidaknya memunculkan diri sebentar, batinku.

Menyeberang ke Pulau Lae-lae

Tiba di dermaga kayu bangkoa, dan tak melihat mereka yang mungkin sudah di seberang. Sebuah kapal yang sudah akan berangkat menjadi piihan untuk menyeberang karena yang punya sudah menawarkan saat di pintu gerbang. Kegiatan penyeberangan hanya sampai jam 11 malam, kata si pemuda itu. jadi ingat moment saat menyeberang ke Bali.

siap nyeberang

Ah ia, ada satu jalur lain yang digunakan untuk menyeberang ke Pulau Lae-lae atau berkunjung ke pulau-pulau kecil yang ada di Makassar yaitu di dermaga depan benteng Fort Rotterdam dan ternyata mereka sudah berangkat saat saya menghubungi Adun, nama yang tersimpan di kontak HP.

angkatan 16

Pulau Lae-lae letaknya 1,5 km dari kota Makassar, hanya sekitar 10 menit untuk sampai di sana dengan biaya 10 ribu rupiah. Saat tiba di dermaga Puau Lae-lae, mereka semua sudah menunggu untuk menuju ke rumah Asriyadi dan beristirahat sejenak.

Beberapa gazebo berdiri di pesisir pantai dekat tanggul penaham ombak, ada tulisan wisata Pulau Lae-lae dan beberapa pohon besar yang menambah cantiknya sekitarannya, pemandangan itu terlihat berbeda saat saya pernah pergi sebelumnya di tahun 2012.

Pulau lae-lae, salah satu pulau dari gugusan Kepulauan Spermonde dibagian barat jazirah Sulawesi Selatan, dan sebagian penduduknya hidup sebagai nelayan

Campfire ala M16

Saat matahari bersiap tenggelam, senja menyapa, cekrek sana sini dengan gaya masing-masing sesekali hp berpindah tangan untuk mengabadikan moment. Juru foto sibuk mencari momen dan menyiapkan kamera HP untuk foto bersama.

wefie
M16
senja
Siap-siap foto bareng, para kameramen sedang mencari angle foto
sule dan rio
Gazebnya sudah nampak berbeda

Jika melirik waktu ke belakang mungkin ada moment tertentu duduk bersama tapi, hari itu beda. Saya baru tahu, jika Sulkifli yang lahirnya di Sulawesi sana itu tidak makan ikan, ikan apapun itu dan dari jenis apapun dia. Dan baunya pun tak disukanya.

bersama teman Asriadi
Yang baju biru itu Asriyadi

Jadilah makan malam yang disuguhi oleh Asriyadi di rumahnya hanya ikan yang tak disentuh. Pengen dibuatin telur goreng, tapi nolak terus. Padahal ikannya gede-gede, ikan ekspor dan biasanya ditemui di restoran seafood di Makassar. Ditemani sayuran, ketimun, cobek-cobeknya dan yummy.

campfire

Di pinggir pantai di atas hamparan pasir putih ditaburi bintang, persiapan acara puncak dengan kegiatan campfire terlihat dari status whatsapp mereka saat waktu menunjukkan pukul 10 malam lewat.