Awal Januari 2024 menjadi kesempatan kedua kalinya saya berada di Tana Toraja dan Toraja Utara, kali pertama di bulan November tahun 2012. Lumayan lama ternyata, itupun jika bukan karena kegiatan lembaga, tak ayal kaki ini menginjakkan di tanah yang dahulu dikenal dengan sebutan Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana Matari’allo (Negeri yang bulat seperti bulan dan matahari).
Awalnya dua kabupaten ini berada dalam tatanan administratif Tana Toraja. Namun di tahun 2008 Toraja Utara terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 yang berisi pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja.
Dua kabupaten ini menjadi salah satu pariwisata yang kerap kali dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri. Ini dikarenakan daerah ini memiliki banyak wisata alam dengan kearifan lokal yang masih melekat.
Hari itu, di tanggal 5, perjalanan ditempuh menggunakan bus pariwisata, sebanyak 4 bus dengan masing-masing kelompok. Saya berada diantara bus rombongan mahasiswa sebanyak kurang lebih seratus mahasiswa dan 4 dosen pendamping dalam kegiatan Mata Kuliah Modul Nusantara. Meninggalkan kota Makassar pada pukul 7 pagi dan melalui beberapa kabupaten yaitu Maros, Pangkep, Barru, Pare pare, Pinrang, dan Enrekang.
![Modul Nusantara](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/trip-ke-toraja-563x1024.webp)
Di Maros, tiga bus menepi sejenak. menunggu bus selanjutnya yang tertinggal. Yah salah satunya karena saya telat dari jadwal yang ditetapkan panitia :(. Namun, bus ini juga mengalami kerusakan saat kami akan memasuki kabupaten Maros, tepatnya di jalan tol. Ada kerusakan pada bagian bus dan itu juga menyebabkan AC bus tak berfungsi.
Tiba di Maros, saya berpindah ke bus yang satu. Sepanjang perjalanan rasa ngantuk menyerang, suasana bus dengan keramaian tawa diiringi dengan suara nyanyian dari speaker bus. Lagu yang teramat lekat dengan anak muda saat ini.
Bus berhenti di seberang jalan depan mesjid di kabupaten Pinrang. Satu demi satu penumpang turun dan memasuki mesjid untuk shalat Jumat dan untuk urusan yang lain. Beberapa memilih untuk stay di bus menunggu perjalanan selanjutnya. Di situ, kami juga menunggu box makan siang yang telah disiapkan.
![](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/kopi-pinrang.webp)
Perjalanan ke Toraja memiliki jalur pegunungan yang berliku, naik dan turun. Dulu pertama kali kesana, kampung tengah terusik, membuat rasa tak nyaman dan meminta supir untuk singgah segera.
Melalui kabupaten Enrekang yang memiki wisata yang terkenal dengan sebutan Gunung Buttu atau Buntu Kabobong atau sering disebut dengan Gunung Nona.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam saat tiba di Toraja Utara, Rantepao. Tempat yang akan dituju pertama adalah penginapan Wisma Maetro. Untuk sampai kesana butuh waktu 10 menit dengan berjalan kaki menuju wisma. Jalur yang dilalui diapit tanah lapang. Pagi itu, hujan turun, jalanan yang dilalui basah dan berlumpur sebagian. Jika tak hati-hati, akan mengotori sepatu yang dikenakan.
![Berfoto bersama mahasiswa PMM 3](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/mahasiswa-PMM-3.webp)
Destinasi Wisata Toraja Utara Hari Kedua
Udara pagi yang dingin menyelisik masuk, bersiap-siap untuk rute perjalanan selanjutnya. Hari itu, perjalanan akan ke Museum Pong Tiku, Desa adat kete kesu, dan Goa Londa.
Baca juga :Celebes Canyon, Wisata Alam Barru
Museum Pong Tiku
Di Museum Pong Tiku, rombongan diterima oleh kepala Dinas Pariwisata, ruangan lantai 2 telah diatur sebagai tempat pertemuan. Beliau menyambut baik kedatangan rombongan dan memberikan penjelasan mengenai daerah wisata yang ada di Toraja Utara. Salah satu tempat yang bisa menjadi tempat kunjungan adalah dimana kita bisa lebih tinggi dari awan.
Setelah mendengarkan papran dari kepala dinas, kegiatan selanjutnya adalah melihat isi museum. sebanyak 3 mumi dalam bingkai kaca, umurnya mungkin sudah ratusan tahun.
![](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/rantepao.webp)
Museum Pong Tiku Toraja utara terletak didekat Art Center Rantepao. Museum Pong Tiku mengambil nama dari salah satu Tokoh pejuang Toraja yang sudah diangkat menjadi Pahlawan Nasional, Pong Tiku.
Desa adat Kete Kesu
Lalu, siangnya setelah makan siang. rute selanjutnya adalah Desa adat Kete Kesu. Terletak di Kampung Bonoran Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi. Usia desa ini diperkirakan sudah mencapai 400 tahun.
![](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/Kete-Kesu-5-Januari-2024-1024x576.webp)
Harga tiket masuk Desa Kete Kesu sebesar Rp 15.000/orang. Memasuki desa ini, kita akan melihat 8 tongkonan yang berjejer rapi dan berhadapan lengkap dengan lumbung padi yang terhubung. Salah satu tongkonan sudah berubah fungsi menjadi museum. Pada dinding Tongkonan dihiasi dengan tanduk kerbau dan ukiran yang indah dimana fungsinya sebagai penanda status pemilik rumah
![](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/museum-tongkonan.webp)
Goa Londa
Kami tiba di Londa di sore hari, suasana tidak seramai saat berada di Desa Kete Kesu, belum lagi saya merasa ada yang berbeda. Ini kedua kalinya saya berada disini. Sedang dua tempat sebelumnya, belum pernah saya datangi. Goa Londa sendiri terletak di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi.
Londa merupakan objek wisata tempat makam goa yang berada di sebuah bukit, di dalamnya berisi peti mati, tulang dan tengkorak jenazah yang sudah berumur ratusan tahun. Saat berada di londa, kita akan melihat barisan patung kayu yang dikenal dengan nama Tau-tau dan jejeran peti jenazah (erong).
![](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/londa.webp)
Untuk memasuki goa, sudah ada jasa penyewa lampu sekaligus sebagai pemandu. Tarif yang disepakati sebesar 50 ribu rupiah untuk pergroup. Tak boleh menyentuh ataupun memindahkan tulang atau tengkorak ataupun benda lain saat berada di dalam goa, pesan dari pemandu.
Harga tiket masuk perorang 15.ooo,-.
Mentirotiku Batutumonga
Malamnya dengan mengendarai mobil, perjalanan dilanjutkan ke Mentirotiku Batutumonga yang terletak di Kelurahan Sesean Matallo, Kecamatan Sesean Suloara, Toraja Utara. Jalur pendakian yang berliku dan dinginnya angin malam itu menemani perjalanan ke atas lokasi dengan ketinggian 1352 m dpl yang menjadi salah satu julukan Negeri di Atas Awan.
Pemandangan gemerlap lampu dari Kota Rantepao terlihat dari atas, menambah syahdu suasana malam itu.
![](https://yhanthydech.com/wp-content/uploads/2024/03/Batutumonga.webp)
Saatnya balik ke wisma untuk persiapan hari ketiga mengeksplore Toraja Utara dan Tana Toraja. Hari kedua berada di Toraja Utara sudah selesai.
wishlist aku dari dulu explore ke Toraja dan belum kesampaian. Waktu itu ke Makasar aja.
jadi kalau ada plan ke Toraja mending ambil cutinya lebih banyak
penasaran sama budaya khas Toraja yang masih dilestarikan sampe sekarang, alamnya juga bagus, bikin penasaran
Hehehe ia Mba, ke Toraja Utara harus punyak banyak waktu, kalo cuma sehari atau dua hari sepertinya tidak cukup untuk eksplore wisatanya