kawasan adat tana toa kajang

Berkunjung ke Kawasan Adat Tana Toa Kajang

Kajang menjadi salah satu tempat destinasi yang ingin saya kunjungi kembali selama ini, meski sudah pernah ke sana. Tapi Kajang tetap menjadi sebuah keinginan yang besar, mengapa? Karena saya belum pernah ke Ammatoanya dan tempat ini punya kehidupan yang memiliki daya tariknya tersendiri.

Berangkat dari Makassar dengan perjalanan menggunakan mobil sewaan, padahal sebelumnya selalu menggunakan si merah si roda dua keluar kota Makassar.

Baca juga : Bendungan Benteng, Peninggalan Sejarah yang Eksotik

Hari itu, Jumat siang, titik akhir tidak langsung ke Kajang, tapi singgah bermalam di Mess pemda Tanjung Bira, masih dengan kabupaten yang sama dengan Kajang, Bulukumba. Perjalanan akan dilanjutkan besok siang. Jarak tempuh yang akan menghabiskan waktu satu jam lebih. Setelah kemarin berkendara 4 jam dari kota Makassar.

Angin yang masuk di sela-sela jendela mobil membuat perjalanan ke Kawasan Adat Tana Toa Kajang menjadi menyenangkan, yang tidaknya adalah jalanan yang berkelok dan menanjak. Dari atas mobil, pemandangan samping jalan terlihat pohon jati yang menjulang belum lagi saat menanjak, terlihat dari kejauhan daerah Bulukumba, Kajang berada pada ketinggian 150–500 meter di atas permukaan laut.

Kehidupan Orang Kajang

Kajang sendiri terbagi menjadi Kajang Luar (ipantarang embayya) terdiri atas dusun Balagana dan Jannaya yang tidah jauh berbeda dengan dusun-dusun lain di Bulukumba; (2) Kajang Dalam (ilalang embayya) terdiri atas Sobbu, Benteng, Pangi, Bongkina, Tombolo, Luraya, dan Balambina.

Kehidupan orang Kajang Dalam yang tidak tersentuh oleh teknologi seperti penggunaan handphone, penerangan tanpa menggunakan listrik, pemakaian tanpa alas kaki saat menyusuri jalan-jalan setapak ataukan beraspal, dan satu hal juga mereka menggunakan pakaian hitam hitam dan hal-hal lainnya membuat saya penasaran.

Baca juga : Bosscha dan Peradaban Astronomi

Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya tak punya jilbab hitam. Walhasil harus pergi mencari kain hitam terlebih dahulu dan kaos kaki hitam. Jika yang berkunjung perempuan dan menggunakan celana, penting baginya menggunakan rok hitam atau sarung hitam. Demikian pula laki-laki, menggunakan sarung berwarna hitam.

Dan pemandangan warga Kajang yang menggunakan pakaian hitam terlihat saat kami tiba, sudah ada beberapa tamu wisatawan manca luar yang datang, mereka sedang bersiap-siap untuk masuk. dan mereka harus mengganti pakaiannya dengan yang berwarna hitam, memakai sarung bagi laki-laki demikian pula perempuan. Alas kaki di lepas pula.

Memasuki Kawasan Adat Tana Toa Kajang

Langit terlihat sudah mau gelap, jam sudah menunjukkan pukul lima lewat, rombongan lain yang ditunggu sudah tiba beberapa bus, saatnya bersiap-siap memasuki daerah Kajang Dalam. Sebelum itu, saya menanggalkan handphone dan menyimpannya di mobil. Tak boleh mengambil foto di dalam, kata teman mengingatkan.

Memasuki jalur setapak dengan tumpukan bebatuan yang tersusun rapi, sesekali rasa sakit menyengat di kaki. Kerikil-kerikil tajam bebatuan kecil, membuat mereka yang belum pernah menjalaninya terlihat meringis, sesekali saya mencari bebatuan yang rata, kadang pula tetiba menginjak kerikil yang tajam. dan berjalan perlahan.

Saat tiba di satu titik dekat sumur besar, kami berhenti kembali, mendengarkan penjelasan dari pendamping yang orang asli Kajang. anak muda yang mendampingi perjalanan masuk ke Ammatoa.

Berdua dengan ibu Kardina, kami berjalan untuk bertemu Ammatoa, pemimpin dari Suku Kajang. Ammatoa bukanlah nama diri melainkan nama jabatan atau penamaan sesuai dengan statusnya.
Amma adalah istilah Konjo artinya bapak, sedang istilah towa artinya tua atau yang dituakan.

Ragu menyelimuti, karena sepanjang jalan yang dilalui terlihat sepi hanya terdengar bunyi suara binatang malam dan angin yang berhembus. Menyusuri jalan, mengamati rumah warga  rumah panggung.

Ingatan ini, membawa saya ke suasana kampung dulu, saat malam tiba saat tiang-tiang listrik belum berdiri di pinggir jalan. Terasa tenang dan damai.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *